Bookmark and Share

30 Mei 2012

Curhat: suka duka milih printer yang cocok buat warnet

Usaha Warnet tak lepas dari urusan basic seputar word, excel, serta ngeprint. jadi bukanlah sekedar modal tempat strategis, komputer  terbaru, layar LCD, koneksi lancar ataupun tempat yang nyaman, malahan ada yang sampai bela-belain  nyediain tempat tertutup super rapet, jadi bisa buat mesum murah meriah (murah=tarif ngenet Rp. 3000, Meriah=bisa nge-bokep sambil denger music + ruangan ber-AC. coba kalo dihotel / losmen bayar brapa tuh.. hehehe... ) yang ini jangan ditiru lho yo!! pokoknya don't try at home-lah.

 
Keseringan nempel tulisan pengumuman "MAAF PRINTER ERROR" di pintu masuk efeknya juga g baek buat pelanggan, tak jarang bahkan calon user nanya dulu, "Mas bisa ngeprint g'?" atau "Bisa ngeprint warna mas?", kalo printer OK, ya jawab  dengan pede, "ooo... tentu bisa..., mosok gur ngeprint aja g bisa.. mo' ngeprint brapa ratus lembar juga tak layani.,.. hehehe....?? baru deh mereka mau nge-net dengan tenang.... lha coba kalo pas printer rusak, ngadat atau lagi ngambeg....?? udah pasti g jadi nge-net kan..!

OK kembali ke Leptop...., dibawah ini adalah review dari berbagai jenis printer yang pernah di pakai di warnet kami selama ini  (2007-2018) yang mungkin bisa dijadikan sebagai refensi rekan-rekan semua:
------------------------------------
1. Canon Pixma IP1980:

Ini adalah printer pertama kami,
(+) Kualitas print serta kecepatan bagus, 
(-) Jika salah satu cartridnya error/mati.. udah deh g' bisa dipake sama sekali.
(-) Harga Cartridge Muahal banget,

Kesimpulan: harga cartridnya sangat mahal, hampir setara dengan beli printer baru.
Kami g bisa cerita tentang printer ini terlalu banyak karena hanya inilah printer canon yang pernah kami pakai sampai saat ini.


------------------------------------
2. HP PSC 1310:
Ini adalah printer kedua kami, Printer ini adalah jenis PSC (Print Scan Copy) sangat praktis dan bentuknya kompak, tidak banyak makan tempat.
(+) Bentuk kompak,
(+) Dilengkapi port USB (PicBridge) yang berguna untuk pencetakan secara langsung dari kamera digital
(-) Menggunakan Cartridge tipe 21 & 22 yang harganya relatif lebih mahal dari jenis cartridge HP yang lainya (Rp.150-175 rebu)
(-) Susah diinfus (tapi dibanding printer HP lainya printer ini masih mendingan lho)
(-) Udah discontinued

Kesimpulan: Jika di infus g' bisa maksimal, sering bocor atau malah tinta g' keluar sama sekali, jika disuntik agak ribet dan umur cartridge terbatas banget.
Karena letak mainboard ada dibawah, kalau diinfus, dan printer tidak digunakan dalam waktu agak lama maka cartridge harus digeser ke kanan untuk menghindari jika tinta meluap/banjir yang bisa menyebabkan mainboard short/konslet
Diantara Jenis Printer model PSC seri HP, printer ini yang paling bandel, kami belum pernah ganti spare part apapun sampai akhir hayatnya,  printer ini kami purna tugaskan karena mainboardnya mati kebanjiran tinta infus yang semaleman lupa ditaruh agak tinggi (karena OP kami jengkel dg tinta yg ngadat trus botol tintanya ditaruh agak keatas dengan harapan tinta dapat mengalir lancar...)  :-(

------------------------------------
3. EPSON T-20:

Printer Ketiga kami, karena menurut info yang kami dapat, printer ini kualitas pencetakan warnanya sangat bagus ,
(+) Hasil Print bagus, 
(-) Kecepatan jauh dibawah HP & Canon
(-) Suara Lebih bising daripada Canon & HP
Kesimpulan: setelah dipakai beberapa saat, ternyata sistem infus mulai rewel (mungkin teknisi toko printer kurang bagus/pinter nginstall sistem infusnya kali ya...) dimulai dari tinta kuning ngadat g mau keluar, di cleaning bola-bali kadang normal atau tak jarang malah makin mawut 'n amburadul, hampir tiap bulan harus bawa printer ke tukang service itu artinya g bisa ngeprint, itu artinya ngecewain pelanggan, itu artinya rugiiiiiiiii...... hufffttt.....

------------------------------------
4. HP DESKJET F2410:
Ini adalah printer keempat kami, dengan merelakan jasad EPSON T-20 kami sebagai tumbal tukar-tambah, akhirnya kami balik lagi ke printer model PSC-nya HP, karena pengalaman menggunakan PSC 1310 yang sangat memuaskan (sebelum tewas glagepan kebanjiran tinta infus), selain itu harganya-pun relatif murah serta bentuk ringkas.
(+) Harga relatif murah, kualitas cetak serta kecepatan lumayan,
(-) Harga cartride lumayan (HP 60 Black/ tri-color = Rp.150-175 rebu)
(-) Susah diinfus
(-) Komponen ASF sangat ringkih,

Kesimpulan: Sepertinya inilah printer yang paling menjengkelkan diantara printer kami, karena ternyata komponen ASF (penarik kertas) sangat ringkih/mudah patah jika dibandingkan printer HP lainya, kami udah bolak-balik ganti ASF yang patah, selain harganya relatif mahal, juga merepotkan sekali harus mondar-mandir ke bengkel printer.

------------------------------------
5. HP DESKJET 1050 J410 series:

Ini adalah printer kelima kami, alasan pemilihannya-pun agak konyol,
Karena kami sangat puas atas kinerja HP PSC 1310, maka meskipun jengkel dengan HP F2410 yang boros ASF, kami cuman berasumsi bahwa F2410 adalah produk gagal-nya HP, akhirnya nekad ambil seri terbaru HP 1050 J410 yang ternyata menggunakan cartridge tinta paling murah dlm keluarga HP.  
(+) Harga murah meriah, kualitas cetak serta kecepatan lumayan,
(+) Harga cartride cukup murah, (HP 802 small black/tri-color Rp.70-110 rebu)
(-) Susah diinfus
(-) Isi tinta cartridge sangat sedikit/kecil (HP 802 small)
(-) Umur Cartridge sangat pendek (paling disuntik 3-5 kali udah error mintak ganti baru)

Kesimpulan: Jika di infus g' bisa maksimal, sering bocor atau malah tinta g' keluar sama sekali, jika disuntik agak ribet dan karena isi tintanya dikit maka cepet habis sehingga harus sering disuntik -> memperpendek  umur cartridge, harus ada anggaran buat beli cartridge baru, parahnya malem-malem pas ada job print seabreg (biasanya ngeprint RPP atau laporan mahasiswa/anak sekolah) tiba-tiba cartridge error... udah deh rejeki melayang 'n di komplen pelanggan gara2 printer ngadat... uasem tenan.....
------------------------------------
6. EPSON L100
Ini adalah printer keenam kami, bersanding dengan printer HP DESKJET 1050 J410 sebagai Scanner device-nya,
(+) Hasil Print bagus,
(+) Sistem Infus original, sehingga masalah tinta macet seperti pada printer infus abal-abal sama sekali belum pernah kami temui (selama ini).
(+) Cara pengisian tinta sangat mudah
(+) Pembuangan tintanya gampang dimodif, g' perlu bongkar printer
(+) Dilengkapi katup pengunci dengan mode Printing & Transporting 
(+) Tampilan Rapi & Profesional (oh ya.., suatu hari gw ada urusan ke BANK swasta ternama, mosok sih customer service Bank-nya pake printer infus abal-abal, .. horrroooo toyo.... wes jian gak keren babar blass 'n g merepresentasikan profesionalisme instansi Bank tersebut)

(-) Harga Printer relatif mahal (th 2011 = Rp.1,3 jt)
(-) Kecepatan lebih lambat dibanding Canon & HP
(-) Suara Lebih bising daripada Canon & HP 
(-) Belum dilengkapi dengan Scanner
(-) Memakai Tinta jenis Dye yang gampang luntur jika terkena air.
(-) Peringatan tinta habis terlalu cepat muncul, tinta masih 1/4 udah muncul peringatan (tapi masih tetep bisa ngeprint kok)
(-) ASF mudah rusak
(-) Harga Tinta Original relatif mahal (T6641-T6642-T6643-T6644 = Rp.65.000,-) jika dibandingkan harga tinta printer injet umumnya (tapi bisa diakalin dengan tukeran serial number dengan orang lain atau dengan ink reseter)

Kesimpulan: 
Dengan printer ini jarang sekali kami menemui masalah teknis (masalah tinta macet) yang menghambat proses pengeprint-an seperti printer-printer terdahulu.

Setelah 4 bulan pemakaian, ASF minta ganti setelah nanya ke toko penjualnya (di surakarta) jika diservice pakai garansi resmi pabrik (yang 1 tahun itu loh), maka baru kelar sebulan atau dua bulan kemudian, yah... akhirnya kami korbanin garansinya dan syukurlah 1 day service, alias sorenya langsung bisa kelar, meski harus keluar dana Rp. 120.000,- untuk beli ASF+Ongkos pasangnnya. (setelah baca forum-forum, ternyata kelemahan epson emang pada ASF-nya)


Setelah lama berkutat dengan printer infusan abal-abal, pertama kali liat daleman printer ini gw langsung terpesona, pemasangan selang infus rapi banget, selangnya pakai jenis elastis seperti yang biasa dipakai pada selang pembuangan tinta printer bukanya pakai jenis selang transparan kecil macem selang akuarium itu, serta tata letak selangnya oke banget dilengkapi dengan pelindung selang dari plastik mika elastis yang sekaligus berfungsi sebagai penopang selang saat cartridge jalan (coba bandingkan dengan printer modif infusan, pemasanganya maksa banget, dan sering nyangkut-nyangkut karena cuman dilakban ke body, jian g' rapi babar blass...)

Pertama kali yg kami lakukan terhadap printer ini adalah bikin saluran pembuangan tinta seperti halnya printer injet lainya, ternyata gampang banget g' perlu ngebongkar printer, tinggal buka tutupnya, cabut selangnya kemudian sambung dengan selang akuarium+botol kecil, taraaaa..... jadi dah....., jadi meski udah kepake lama, inkpadnya masih putih mulus kan... ntar kalau minta reset tinggal reset ulang sendiri pakai software resetternya


Dilengkapi dengan katup pengunci (Printing - Transporting) sehingga jika printer mau dibawa/pindah ke tempat jauh atau luar kota naek mobil/motor, tinggal putar ke arah Transporting, bandingkan ketika pakai sistim infus modifan, kalau bawa ke bengkel harus ribet ngiket selangnya pakai karet gelang biar g tumpah, (oh ya masih inget betapa repotnya ketika pas printer ngadat dan harus dibawa ke bengkel pake motor sendirian, trus ban bocor, nuntun motor sambil megangin printer nyari tambalan, mana lagi rame-ramenya musim kampanye... tambah pusing pala liat rakyat jelata lagi seneng-seneng pesta demokrasi katanya, pesta pora war-wer-wor geber motor kenceng-kenceng dengan knalpot dicopot. .. ntar giliran pilihanya ketawan nyolong/kurupsi ribut lagi dijalanan..... yah inilah demoktrasi ala negeri ini... yang penting ramenya bung...!! ) :-)

------------------------------------
7. HP officejet J3508 All in One printer (Print, Scan, Copy & Fax)
 
(+) Harga Relatif murah
(+) Udah ada fasilitas buat kirim & terima FAX
(+) Bentuk Ringkas
(-) saat beli cuman dikasih 1 cartridge doank warna item, yang colour beli sendiri :-(
(-) Jika lama enggak digunakan cartridge error & tidak bisa digunakan sama sekali.
(-) Harga Cartridge suangat muahal sekali Rp 281,000 (2014) 

Alasan utama beli printer ini adalah karena fasilitas FAX yang ada di printer ini serta harganya yang amat sangat terjangkau sekali bila dibandingkan dengan beli mesin fax merk lain. 
(suatu hari di bulan Agustus 2012 saat jalan jalan di ES Grand Mall Solo, kemudian liat printer ini dengan bandrol harga Rp. 529.000,-, iseng-iseng nanya ke penjaganya, ni harganya udah net atau masih pakai pajek buat ngasi makan si GAYUS sekeluarga? 
kemudian dijawab kalau harganya udah net segitu g pakai pajek-pajekan macem jaman kumpeni dulu.. udah deh langsung aja tanpa pikir panjang gw beli printer ini saat itu juga.)
gw lom bisa cerita terlalu banyak tentang printer ini, karena emang lebih sering standby, buat kirim atau terima fax doank

Update..(2014) 
Ternyata printer fax ini sangat mengecewakan sekali, karena jarang dipake maka cartridnya malah jadi error, (muncul pesan CARTRIDGE ERROR) jangankan buat nerima fax / ngeprint, buat ngirim fax yang notabene g ada hubunganya dengan cartridge & pengeprinant saja enggak bisa babar blas, weslah pokoke useless banget. Padahal kalau beli cartridge mahal banget Rp 281,000 (2014)
ya udahlah ni printer fax akhirnya jadi penghuni gudang, buat mainan kucing-kucing gw ajalah :-(

  
------------------------------------
8. HP Laserjet P1102


Ini adalah printer laserjet pertama kami. (Beli 2 September 2013 = Rp. 850.000,-)
kami gunakan Printer ini hanya sebagai cadangan jika printer utama kami sedang ngadat, sehingga proses print tetap lancar serta buat bikin PCB sistem setrika.
(Printer Laser tetap bagus digunakan setiap saat mesti jarang dipakai, karena tidak ada masalah dengan tinta mampet).
Jika dibandingkan dengan  printer inkjet memang printer laser ini relatif lebih boros / mahal ongkos cetak perlembarnya, karena kemampuan cetak drumnya yang kecil (+ 800 lembar) yang mana proses pengisian toner drumnya harus ke kota solo dengan biaya sekitar Rp. 80.000,- an. dan drumnya juga mempunyai umur relatif pendek (paling sekitar 5 kali pengisian toner harus ganti drum baru seharga Rp. 75.000,- an)


(+) Harga Relatif murah
(+) Kecepatan print tinggi
(+) Bentuk Ringkas
(+) Sangat cocok digunakan sebagai backup printer tinta jika sedang ngadat (pengalaman: setengah tahun tidak dipake sama sekali tidak masalah, begitu dipake langsung jalan normal dan hasil cetak sangat memuaskan)
(-) Isi Toner Kecil
(-) Harga print perlembar lebih mahal dari printer inkjet
(-) Tidak bisa warna (Kalau pake printer laser warna harganya mahal)
(-) Spare Part (Drum) harus diganti setelah beberapa kali pengisian atau kalau hasil print tidak bersih

------------------------------------
9. EPSON L210


Setelah Printer Epson L100 (printer infus original generasi pertama) menjalankan tugas dengan baik selama 2 tahun penuh dengan tanpa kerusakan berarti, akhirnya printer inipun mengalami keausan di beberapa komponennya:
- Head warna hitam mulai bergaris
- ASF mulai bermasalah lagi (selip / tidak dapat menarik kertas dengan sempurna)
- Roler panjang yang berlapis karet dibawah head yang berfungsi sebagai penarik kertas (entah apa namanya) mulai terkelupas lapisan karetnya.
- Ujung kertas sebelah kanan selalu terlipat, sehingga head seringkali nge-jam karena terhalang kertas.
Dengan pertimbangan tidak ekonomis jika harus mereparasi Epson L100 ini yang tentunya memakan banyak biaya dan hasil yang belum tentu sempurna, akhirnya kami memutuskan untuk mengistirahatkan dengan damai printer Epson L100 tersebut (R.I.P 2011-2013).
Kebetulan saat itu (4 Desember 2013) di kota solo sedang digelar pameran komputer akhir tahun Apkomindo, Setelah keliling-kliling, akhirnya kami memutuskan untuk membeli printer EPSON L210 seharga Rp. 1.850.000,- , dan untuk tintanya langsung kami ganti dengan tinta Durabrite merk Manxi, yang harganya jauh diatas harga tinta original Epson, (Sebagai perbandingan, Harga Per botol (80ml) Tinta Ori Epson + Rp. 65.000,-  sedangkan Tinta Durabrite (100ml) Rp. 80.000,-) sebanding dengan kualitasnya yang sangat memuaskan, anti luntur dan tahan cuaca.
Daleman printer epson L210 ini sama persis dengan L100, pakai mika penopang selang elastis sistim infus original mirip seperti cable carrier pada mesin-mesin industri, sehingga menghindarkan resiko selang nyangkut seperti pada instalasi infus printer abal-abal.

(+) Kecepatan print lebih tinggi dibanding Epson L100
(+) Hasil Print sangat bagus
(+) Telah dilengkapi dengan scanner dan bisa berfungsi seperti mesin fotocopy
(+) Sistem Infus original, sehingga masalah tinta macet seperti pada printer infus abal-abal sama sekali belum pernah kami temui (selama ini).
(+) Cara pengisian tinta sangat mudah
(+) Dilengkapi katup pengunci dengan mode Printing & Transporting 
(+) Tampilan Rapi
(+) Pada menu printer properties sudah ada counter / penghitung jumlah yang telah diprint (printing preferences>Maintenance>Printer & option information)
Epson L210 Print Counter
(pada printer epson L100 belum ada fitur ini, sehingga untuk melihat counter, harus diprint atau dengan software  Epson Utility tool)

(-) Harga Relatif mahal jika dibanding printer injet lainya (Desember 2013 di solo = Rp. 1.850.000,-)
(-) Kecepatan lebih lambat dibanding Canon & HP
(-) Untuk melakukan fotocopy harus satu-satu, tidak bisa langsung banyak sekaligus.
(-) Tinta Asli Memakai Tinta jenis Dye yang gampang luntur jika terkena air (namun bisa diganti tinta pigmen durabrite) 
(-)Warning message / peringatan tinta habis membingungkan, udah diisi tinta tapi ga ada window form buat isi serial numbernya, dan lampu orange tetap berkedip, solusinya gunakan terus hingga muncul peringatan lagi dan tidak bisa digunakan untuk ngeprint, kemudian tekan selama kurang lebih 3 detik tombol segitiga merah / indikator warna orange, maka lampu indikator akan mati dan printer bisa digunakan kembali.
(-) Pembuatan saluran pembuangan tintanya agak ribet bila dibanding Epson L100, karena harus buka 1 sekrup yang disegel epson = hilang garansi :-(

UPDATE:
- 4 Maret 2014 (print counter: 14.224)  Penarik kertas mulai suloyo, selalu menarik kertas dobel
- 4 Juni 2014 (print counter: 31.014) penarik kertas mulai error / slip (bunyi kreeeeekkk  seperti bunyi roda gigi yang selip, dan harus dimatiin. bunyi kreeek, seperti roda gigi selip akhirnya bisa diatasi dengan cara membersihkan pita plastik panjang yang ada
- 6 Juni 2014 (print counter: 31.355) Hasil print gambar/foto blur dan miring, dilakukan print head aligment
- 17 Nov 2014 (print counter: 60.626) Printer tidak dapat narik kertas dg sempurna, narik kertas cuman sampai tengah lalu ngejam, bawa ke tukang servis, diservis sensor & roll kena biaya Rp. 90.000,-
- 12 Dec 2014 Tinta kuning nggak keluar babar blas, di cleaning bola-bali g ngefek, coba buka cartridge tinta dan disedot lancar, tapi warna tinta agak lain kuning kehitaman, kemudian bawa ke bengkel printer ternyata kualitas tinta kuning diragukan, kena ongkos 45 ribu + nginep 4 hari di bengkel
(nama bengkelnya dulu adalah i*a*e printer, sekarang ganti *s* printer, sengaja nggak kami kasih lengkap cuman ngasih clue-nya buat maen tebakan :-) , ntar dikiranya kami nge-black campaign & bermasalah seperti kasusnya mbak prita vs omni dulu)
* NB: untuk kasus ini kami g nyalahin epson sama sekali, ini murni keteledoran bengkel sekaligus penjual tinta durabrite merk manxi, mereka ngasih barang abal-abal yg harus kami bayar mahal, yang kemudian efeknya printer jadi rusak, sebenarnya bukan masalah ongkos servicenya yg cuman 45 rebu, tapi printer harus opnam di bengkel selama 4 hari + biaya bolak-balik solo-delanggu + rugi waktu + rugi potensi orang nggak jadi nge-net gara-gara printer rusak.
Kalau diitung-itung kerugian kami adalah : 
4 x Rp. 60.000,- ambil rata-rata tiap hari hasil print dapet 60 rebu 
2 x Rp. 15.000,- biaya transport 
 1x Rp. 45.000,- biaya service
 1x Rp. 80.000,- beli lagi tinta kuning manxi durabrite    
------------------------------------------------------  +
Total = Rp. 395.000,- 
kemudian kami coba minta ganti tinta kuning abal-abalnya dengan tinta baru, ternyata pihak toko/bengkel nggak ngasih... 
(ini namanya pihak toko ra mbejaji & g mau tanggung jawab, orang mereka ngasih tinta yg g sesuai, dan kami bayar penuh, ternyata tinta palsu ngerusak printer, ntar lain kali kalian jual lagi tuh tinta !!, biar dapet servisan lagi , yah apa bedanya kalian dengan tukang tambal ban penebar paku di jakarta sono???)

mohon distributor tinta MANXI durabrite untuk ngechek kualitas & kelakuan anak buahnya. karena nggak mungkin kami beli tinta tersebut ditoko lain selain distributor resmi.
Dengan kejadian ini kami berpikir untuk ganti tinta dengan brand terkenal yang distribusi luas & kualitasnya terjamin, mmmm... pilih tinta mana ya, Dataprint atau Blue print?? ada saran??

Ok marah-marahnya kelar sekarang dah tenang, mbalik lagi ke topik ya...
- 13 - 20 Maret 2015 (printer counter 79.824)
Gejala awalnya adalah kertas seringkali terlipat sehingga bikin head stuck/jam, kertas harus dilepas secara manual (masalah ini bisa diatasi sendiri dengan cara menempelkan selutape dibawah sepanjang lintasan head printer), Selalu bermasalah jika menarik kertas foto tebal.
Kemudian setelah beberapa saat berlanjut seluruh indikator blinking, printer macet, masuk di bengkel, sempat hampir divonis mati mainboard, akhirnya setelah menjalani rawat inap seminggu dan dilakukan pemeriksaan mendalam, ketemu masalahnya ternyata di penarik kertas - kena biaya Rp. 70.000,-

- 1 Oktober 2015 (printer counter 112.437)
Gejala awal hasil print bergaris parah sekali, dicleaning bolak-balik nggak ngefek sama sekali, akhirnya head malah mati. ganti Head Printer Epson L210 kena biaya Rp. 575.000,- di solo (ck..ck..ckk biaya yang sangat mahal, cukup buat beli 1 printer baru merk lain)

- 4 Desember 2015 (printer counter 126.455)
saat dipakai ngeprint timbul suara berisik (mungkin berasal dari penarik kertas) kemudian printer nge-jam, nggak bisa buat ngeprint sama sekali, sebenarnya masalahnya paling di mekanik penarik kertasnya. karena males bolak-balik ke bengkel, serta mengingat usia printer yang udah 2 tahun & print counter yang telah mencapai 126.455, dengan pertimbangan bahwa sudah banyak komponen yang aus sehingga biaya maintenance yang sudah tidak ekonomis maka kami putuskan untuk mengistirahatkan dan ganti dengan printer baru.(R.I.P EPSON L210 - 2013-2015)

------------------------------------
10. EPSON L220
Hari itu 5 Desember 2015, liat pameran komputer di Diamond Solo, sekalian nyari printer buat pengganti L210 yang ngadat. akhirnya dapat EPSON L220 dengan harga Rp. 2.100.000,-

Review:
L220 Tampilan fisik tak beda jauh dengan Epson L210, cuman pada L220 pada tabung tintanya sekarang tak lagi pakai tombol putar transport yang berfungsi untuk menutup tinta saat printer sedang dipindahkan. dengan tidak adanya tombol transport tersebut maka kita tak perlu repot mutar-muter saat mau dipindahkan, serta mengurangi kesalahan yang menyebabkan kerusakan ketika lupa untuk menormalkan kembali tombol tersebut, dan printer digunakan untuk mencetak, sehingga head kehabisan tinta dan panas.
Software scan sama dengan L210

(+) Kecepatan print lebih tinggi dibanding Epson L210
(+) Hasil Print sangat bagus
(+) Telah dilengkapi dengan scanner dan bisa berfungsi seperti mesin fotocopy
(+) Sistem Infus original, sehingga masalah tinta macet seperti pada printer infus abal-abal sama sekali belum pernah kami temui (selama ini).
(+) Cara pengisian tinta sangat mudah (tanpa serial number, tekan 3 detik tombol segitiga merah indikator warna orange, maka lampu indikator akan mati dan printer bisa digunakan kembali.)
(+) Tanpa katup pengunci Transport
(+) Tampilan Rapi (dibanding printer infus  modifan toko)
(+) Pada menu printer properties sudah ada counter / penghitung jumlah yang telah diprint (printing preferences>Maintenance>Printer & option information)

(-) Harga Relatif mahal jika dibanding printer injet lainya (Desember 2015 di solo = Rp. 2.100.000,-)
(-) Kecepatan lebih lambat dibanding Canon & HP
(-) Untuk melakukan fotocopy harus satu-satu, tidak bisa langsung banyak sekaligus.
(-) Tinta Asli masih memakai Tinta jenis Dye yang gampang luntur jika terkena air
(-) Sifat Printer ini yang sok pinter & sok tau sangat amat sangat menjengkelkan, maksudnya begini, ketika kita sedang ngeprint dan tiba-tiba kita cancel, maka printer ini dengan pedenya malah melakukan proses cleaning yang memakan waktu sangat lama, dan tentu saja menguras tinta sia-sia.
(-) Saat mengisi tinta tidak ada peringatan apapun di layar, cuman printer sibuk sendiri dan lampu power kedip-kedip, idealnya ada pemberitahuan printer sedang melakukan proses apa dan berapa lama proses berlangsung yang ditunjukkan dengan progress bar, bukanya melakukan silent reffil diem-diem. 
(-)Warning message / peringatan tinta habis membingungkan, udah diisi tinta tapi ga ada window form buat isi serial numbernya, dan lampu orange tetap berkedip, solusinya gunakan terus hingga muncul peringatan lagi dan tidak bisa digunakan untuk ngeprint, kemudian tekan selama kurang lebih 3 detik tombol segitiga merah / indikator warna orange, maka lampu indikator akan mati dan printer bisa digunakan kembali.
(-) Pembuatan saluran pembuangan tintanya agak ribet bila dibanding Epson L100, karena harus buka 1 sekrup yang disegel epson = hilang garansi :-(
(-) Persiapan Scan lebih lambat dibanding Epson L210, saat pakai L210 setelah selesai preview, langsung tekan tombol Scan, maka proses scan langsung jalan, tapi L220 harus nunggu lampu indikator power hijau berhenti berkedip dulu, baru bisa tekan tombol scan, jika menekan tombol scan kemudian OK saat lampu hijau masih berkedip maka akan timbul bunyi DUEENG dan ada peringatan this product is warming up or in use.
 

- 5 Desember 2015 - Print Counter EPSON L220 = 0
Beli printer baru saat pameran di diamond solo seharga Rp. 2.100.000,-

- 9 Maret 2016 - Print Counter EPSON L220 = 16.983
Indikator tinta dan kertas ngeblink warna oranye, printer tidak dapat digunakan, karena waste ink pad penuh dan harus direset.
googling kesana kemari, banyak tutorial copy paste abal-abal cara reset printer epson L220, setelah didownload ternyata enggak bisa digunakan, woalah jebule mereka adalah para bloger tukang copy paste penembak keyword, tanpa pernah nyobain terlebih dahulu materi artikel tutorial sampahnya.
akhirnya setelah beberapa ratus jurus berlalu berhasil nemuin WIC reseter, yang harus online dan mbayar, tapi dengan memasukkan password trial berhasil direset 10% doank. tapi lumayan nolonglah disaat darurat, akhirnya printer dapat digunakan dengan normal kembali.

- 28 Juni 2016 - Print Counter EPSON L220 =  33.674
hasil print bergaris, di cleaning bola-bali masih agak bergaris, kemudian di power ink flushing sekalian aja, masih sedikit bergaris, coba dicleaning lagi, badalaaaaa... malah jadi ngblink oranye, dan printer ngadat karena waste ink pad full.
jika dulu googling belum ada reseter yang cocok untuk L220, maka dengan sedikit gambling bahwa udah 3 bulan mosok belum ada reseter yang mujarab, akhirnya dimulailah pencarian ini, dan hasilnya sama dengan 3 bulan lalu, belom ada reseter yang cocok di internet, yang ada malah para tukang reseter online yang dikerjakan jarak jauh di remote dengan teamviewer, flexihub, ultraviewer dan software sejenis lainya.
keinget 3 bulan lalu pernah berhasil reset dengan WIC reseter trial, akhirnya nyoba lagi, dan hasilnya gatot gatal alias gagal total, ternyata WIC reseter itu ngerecord entah ip address atau serial number printer kita, jadi versi trialnya cuman dapat dipake ngereset sekali doank, itupun cuman 10% (meski hanya 10% tapi lumayan juga lho, bisa digunakan ngeprint 33.674-16.983=16.691 lembar)
sebenarnya kalau pengen cepet bisa pilih jasa tukang reseter online tersebut, tapi berhubung pengen nge chek-upkan printer sekalian bikin pembuangan tinta & bersih-bersih printer, makanya bawa aja ke bengkel langganan, reset+bikin pembuangan tinta+bersih-bersih printer kena Rp.80.000,-

- 15 Sept 2016 - Print Counter EPSON L220 =  47.227
Waste inpad full, WIC reseter trial udah nggak bisa dipake lagi, browsingan nyari resseter nggak ada yang berhasil ngatasi masalah, akhirnya bawa ke bengkel printer nginep sehari semalem kena biaya opnam Rp.80.000,-

- 28 April 2017 - Print Counter EPSON L220 =  86.612
Mulai Muncul peringatan Waste inpad full tapi masih bisa dipakai ngeprint lagi, ini pertanda musti harus direset lagi. padahal hari Jum'at malam, kalau hari sabtu bawa ke bengkel dan harus nginep lagi, berarti paling cepat baru hari senin bisa diambil, wah rugi waktu, biaya dan hilang pendapatan dari ngeprint + scan selama 2 hari. akhirnya coba-coba browsing di internet, nyari reseter buat L220, kali-kali ada yang gratisan, hasil googling muncul banyak banget situs yang nawarin tool bisa ngreset L220, tapi kebanyakan omong kosong doank, sampai ngliatin tutorial youtube yang dibilang 99.999999% pasti berhasil, tapi hasilnya nol besar, setelah puluhan kali berganti jurus, akhirnya nemuin juga tool reseter EPSON L220 yang 100% work, tanpa pakai trik apapun, ya udah berarti sekarang L220 nggak lagi tergantung reseter dari bengkel printer seharga 80 rebu... 

- 1 Agustus 2017 - Print Counter EPSON L220 = 102793
Hasil print bergaris, dicleaning bola-bali malah makin parah, jika sebelumnya warna merah yg bergaris, skrg hitam & biru ikutan bergaris. Puncaknya malah indikator hijau dan oranye ngeblink, printer g dpat digunakan sama sekali (Waste Inkpad full). Mana selang pembuangan tidak lancar, terpaksa bongkar sendiri tinta pembuangan & bersihkan pita plastik encoder depan head dengan tisu + air.
Setelah berjuang kurang lebih 2 jam akhirnya langkah terakhir dengan POWER INK FLUSHING, masalah dapat teratasi

- 27 Februari 2018 - Print Counter EPSON L220 = 148428
Paper jam ngeblink oranye & tidak bisa buat ngeprint, bongkar bagian belakang printer akhirnya masalah teratasi.

- 15 April 2018 - Print Counter EPSON L220 = 158142
Mulai sering banget mengalami paper loading not correct (indikator kertas ngeblink oranye) tekan tombol copy print bisa berlanjut lagi

- 9 Juli 2018 - Print Counter EPSON L220 =  173.762
Selang pembuangan tinta terlepas, sehingga tinta buangan membanjiri bagian dalam printer, printer masih bisa digunakan, meski kadang kertas hasil print terciprat tinta.
sampai saat ketika digunakan untuk ngeprint dalam jumlah banyak kertas selalu terlipat/tersangkut pada bagian roller kiri depan maka kami memutuskan untuk menservis serta membersihkan body bagian dalam printer. (Rp. 100.000,-)
(Untuk sementara kami menggunakan printer EPSON L220 yang kami beli second)

- 22 Agustus2018 - Print Counter EPSON L220 =  181.027
Printer Epson L220 susah narik kertas (kayaknya ASF bermasalah) untuk sementara pakai epson L220 cadangan lagi karena printer L220 lama lagi diservis.
setelah opname di tukang servis seminggu, akhirnya kami menerima kabar duka, Epson L220 lama kerusakanya malah mraman ke head 
(ladalah tenan, aneh banget, masalah di penarik kertas lha kok diservis malah terjadi komplikasi ke headnya mati, mungkin ini yang disebut mal praktik)
akhirnya karena mengingat usia printer yang melebihi 2 tahun, bahkan nyaris 3 tahun akhirnya kami relakan L220 menghadap illahi, dan mulai saat ini kami menggunakan printer cadangan EPSON L220 yang kami dapat dari beli bekas punya user yang udah kelar bikin skripsi..

------------------------------------
11. EPSON L220 (Second Hand)
10 Mei 2018
Salah seorang pelanggan internet kami menawarkan printer Epson L220 yang telah selesai ia gunakan untuk ngeprint skripsi. setelah chek kondisi barang fisik, hasil test print serta print log (10821) yang relatif masih sedikit akhirnya printer tersebut kami beli dengan harga + 1 jutaan.
Oh ya Printer ini sengaja enggak kami pakai harian, karena printer lama kami (Epson L220) masih bekerja normal, tetapi dipakai sebagai printer cadangan ketika printer lama kami sedang trouble atau ketika harus opnam di bengkel printer.
- 10 Mei 2018 - Beli second (Printer Log = 10821)
- 10 s/d 23 Juli 2018 - (Printer Log terakhir 14687) Printer ini kami gunakan karena printer lama harus diservis dan dibersihkan dari kebocoran tinta karena selang pembuangan tinta bagian dalam printer terlepas.


Printer ini sebenarnya kondisi awal saat kami terima kurang begitu prima, ada beberapa masalah dengan printer ini :
1. Narik kertas seringkali dobel, 
terutama ketika stok kertas tinggal dikit, jadi setiap kali ngeprint harus dibantu dengan dipegangi dengan tangan agar tidak menarik kertas dobel.

2. Hasil scan selalu miring
Untuk masalah ini kami atasi dengan cara kanibal dengan scanner printer Epson L220 lama yang dinyatakan mati headnya, perangkat scanner epson L220 lama kami bongkar, dan dipasangkan ke printer Epson L220 second. dan masalahpun teratasi (cara kanibal ini kami lakukan sendiri tanpa harus ke bengkel)

- 22 Agustus2018 - Print Counter EPSON L220 =  14.687
Printer ini semula digunakan sebagai cadangan ketika printer Epson L220 lama sedang bermasalah, tapi mulai hari ini (22 Agustus 2018) printer ini memulai tugas penuh menggantikan L220 lama yang dinyatakan Headnya mati dan harus ganti

- 12 April 2019 - Print Count = 65.574
Printer nge-jam, indikator power+kertas blinking, diutak-atik malah ketiga indikatornya (power+kertas+tinta) blinking (general failure)
dibawa ke bengkel udah 2 hari nggak ketemu solusinya juga

- 10 November 2020 
Printer ini udah tidak digunakan buat ngeprint (untuk ngeprint pakai printer EPSON L120)
difungsikan sebagai unit scanner device doank.. tapi ternyata hasil scan bergaris belang-belang, akhirnya berhasil diatasi dengan membersihkan pita encoder / kalibrasinya, nih tutorialnya ada disini


------------------------
12. EPSON L120
13 April 2019, printer Epson L220 (2nd) ngejam kemudian ngblink (Indikator Power + Kertas nyala kedap-kedip bareng) coba dikutak-katik malah jadi ketiga indikator nyala kedap-kedip barengan (general Failure) besoknya bawa ke bengkel, ditunggu 2 hari belom juga bisa diperbaiki. akhirnya beli printer EPSON L120 ini seharga Rp. 1.475.000,-
Hal yang sangat mengecewakan ternyata printer ini resolusinya sangat kecil (720 x 720 dpi), nggak seperti printer-printer epson yang telah kami pakai sebelumnya. inilah satu-satunya printer epson yang amat sangat nggak kami recomend buat ngeprint photo, kalau buat teks masih okelah.
mungkin ini adalah kesalahan kami yang terlalu percaya dengan Epson, beli tanpa nyari detil informasi, sayang banget epson nge-downgrade kualitas printernya.
Sebenarnya okelah Epson ngeluarin produk low end-nya untuk menguasai pasar printer kelas bawah tapi mbok ya harganya itu jangan overprize banget.
Miturut kami, printer dengan resolusi kayak gini (terlepas dari teknologi head & original Infus-nya Epson) harga wajarnya nggak lebih sejuta.
 
Sepertinya pihak EPSON nggak pede/malu dengan resolusi printer ini, terbukti nggak ada keterangan tentang resolusi di kardus tempat printer ini maupun di brosur iklannya, karena imej EPSON printer high resolution yang recomended buat pengeprinan foto ternodai dengan lahirnya printer ini...
tapi mau gimana lagi udah kebacut dibeli, yaudah pakai aja sampe rusak... (semoga saja kualitasnya juga nggak di downgrade, bisa tahan dipakai 2 tahun seperti printer epson kami selama ini)

(+) Sistem Infus original, sehingga masalah tinta macet seperti pada printer infus abal-abal sama sekali belum pernah kami temui (selama ini).
(+) Cara pengisian tinta sangat mudah nggak usah pake serial number kayak L100 dahulu
(+) Tampilan Rapi (dibanding printer infus  modifan toko)
(+) Pada menu printer properties sudah ada counter / penghitung jumlah yang telah diprint (printing preferences>Maintenance>Printer & option information)

(-) Kecepatan lebih lambat dibanding Canon & HP
(-) Tidak ada try di depan
(-) Isi tanki tinta kecil kurang dari 40ml
(-) Resolusi sangat amat kecil (720 x 720 dpi)
(-) Pilihan kertas saat pengeprinan hanyalah plain paper
(-) Harga Sangat mahal (Over Prize banget) jika dibanding printer injet lainya, apalagi resolusi sanggatlah kecil (720x720 dpi) (April 2019 di solo = Rp. 1.475.000,-)


------------------------
13. EPSON L3110
20 April 2021 harga Rp 1.990.000,-
Karena printer lama sudah mulai ngaco, akhirnya beli printer baru lagi, yaitu EPSON L3110, model baru tampilan lebih keren dan tampak bersih & rapi, karena tabung tinta terintegrasi dengan bodi nggak nempel dan gampang copot seperti model-model Epson terdahulu. kemudian reffil tintanya pakai tipe 003 yang desainnya makin mantap, karena nggak gampang tumpah karena tabung reffilnya telah dilengkapi dengan katup.


(+) Hasil Print sangat bagus, Resolusi Print 5.760 x 1.440 dpi , Resolusi Scan. 600 x 1200 dpi
(+) Telah dilengkapi dengan scanner dan bisa berfungsi seperti mesin fotocopy
(+) Tampilan sangat rapi karena tabung tinta sudah menyatu dengan body, jadi ketika dipindah-pindah nggak kuatir copot
(+) Sistem Infus original, sehingga masalah tinta macet seperti pada printer infus abal-abal sama sekali belum pernah kami temui (selama ini).
(+) Tinta reffil Epson 003 yang pada tabungnya dilengkapi dengan katup, sehingga meski dibalikkan ketika mau isi tinta, tinta tidak tumpah, tinta baru mengalir ketika dicolokkan ke mulut tabung pengisian tinta.
(+) Isi tinta reffil tinggal isi saja ndak perlu tinta ori-orinan, dan ndak perlu masukin serial number tinta seperti generasi awal Epson seri L dahulu
(+) Epson printer resetternya banyak bertebaran di internet, jadi kalau ngeblink  peringatan waste ink pad full , tinggal reset saja sendiri beres
(+) Pada menu printer properties sudah ada counter / penghitung jumlah yang telah diprint (printing preferences>Maintenance>Printer & option information)

(-) Scanner akan melambat ketika telah digunakan untuk scan dokumen agak banyak (20 scan ke atas) tapi setelah nekad digunakan scann terus lama-lama kecepatan normal kembali
(-) sistem pembuangan tinta tidak dilengkapi tutup seperli Epson L100 dahulu, jadi kalau mau bikin sistem pembuangan tinta harus bongkar body printer
(-) saat sedang dipakai ngeprint beberapa lembar, suka berenti sendiri tanpa permisi, tanpa pemberitahuan apapun, dan roller muter beberapa kali, kemudian setelah beberapa saat baru lanjut ngeprint hingga selesai tanpa ada masalah, mungkin printernya lagi istirahat buat charging ink ke head tapi mbok yo ngasih info di layar nampilin pop up di layar bahwa printer lagi charging ink atau apa gitu loh, mosok sibuk sendiri klutak-klutek sreeeeeeet ...  brisik ....

- 28 November 2023 - Printer counter 125.351

Beberapa hari terakhir roller penarik kertas bermasalah, sering gagal menarik kertas dan ngejam, bahkan untuk kertas foto yang agak tebal harus dibantu tangan.
nanya ke bengkel bisa servis ganti ASF tapi ndak usah opnam, alias 1 hari bisa jadi ndak? 
dibilang bisa 1 hari jadi, harus ganti penarik kertas atas bawah dengan total biaya Rp. 350.000,-
waduh ternyata over budget tak pikir cuma sekitar 80-an ribu, akhirnya ndak jadi nyervis, tapi browsing di tokopedia cari sparepart roller penarik kertas bawah dan karet roller atas epson L3110, dapat harga Rp. 22.500,- free ongkir.

Dengan berbekal tutorial dari youtube dan kepercayaan diri yang tinggi, akhirnya berhasil ganti karet penarik kertas atas dan roller penarik kertas bawah sendiri dan hasilnya joss seperti printer baru lagi... 
(ooo ternyata karet roller lama  emang sudah aus, karetnya sudah alus, ndak ada geret-geretnya lagi, makanya sering slip ketika narik kertas)


==================================
Kesimpulan Terakhir:
Secara umum masalah printer hanya seputar cartridge & tinta, makanya jika nekad pingin pakai sistem infus modifan, cari teknisi yang betul-betul handal berpengalaman, bukan cuman yang bisa masang asal-asalan & jualan doank, ntar kalo biaya maintenance over budget nyesel loh....  :-)

Dari sekian banyak printer yang telah kami gunakan selama ini (2007 - 2016) dengan rata-rata pengeprint-an + 100-150 lempar per hari akhirnya kami sangat puas dengan kinerja printer EPSON L100 , L210 & L220, terlepas dari harga printer serta tinta original yang relatif mahal, tapi dengan printer ini, masalah-masalah seputar printer rewel, tinta macet, sampai tangan belepotan tinta karena coba benerin printer yg lg ngadat, tidak pernah kami alami selama ini, dan Alhamdulilah, selama ini meski kami selalu menggunakan tinta original yang notabene harganya 6-7 kali lipat lebih mahal dari tinta infus biasa, tetapi ternyata masih profit juga.

Kami sangat salut akan langkah inovatif pihak EPSON bersama tim Unit Reaksi Cepat-nya yang sigap merespon pasar dengan mengeluarkan Printer Infus Original pertama di dunia, besar harapan kami Produsen printer lainya (HP & Canon) kelak juga akan mengeluarkan produk serupa.
Gak usah malu kalau disebut tiru-tiru Epson, 
- dulu puluhan tahun Honda single fighter merajai blantika permotoran di indonesia dengan teknologi motor  4 tak-nya yang irit & ramah lingkungan, kemudian pabrikan lain pun (Suzuki, Yamaha, Kawasaki) akhirnya rame-rame ngikut berkompetisi meramaikan pasar motor 4 tak, 
- inovasi kymco dengan jetmatic, skuter matic tanpa giginya, yang pada akhirnya pabrikan ini malah gulung tiker dilibas oleh Honda, Suzuki & Yamaha yang dateng blakangan membawa pasukan maticnya...
- steve job yang pertama ngenalin sistem operasi PC yang berbasis grafis (GUI) MAC saat yang lain masih CLI khas layar hitam dengan command prompt ngapalin perintah dir , cd , b: dan gonta ganti disket
- serta dengan iPODnya yang merevolusi cara orang mendengarkan musik dan penjualan musik dari kaset/CD ke sistem online 
- atapun peluncuran iPhone, handphone  full touch screen pertama kali di dunia, yang sekarang kesemuanya itu menjadi trend dan booming serta ditiru kompetitor dengan sistem Androidnya
- dan satu lagi di dunia kamera digital, si KODAK pelopor kamera digital, yang ironisnya sekarang malah harus bertekuk lutut di hadapan canon , nikon , sony , olympus dll

yah mungkin inilah yang disebut revolusi industri, suatu penemuan / inovasi dan sukses akan ditiru pihak lain yang akhirnya terjadi persaingan usaha...
Ayo kalian pasti bisa, yang penting saingan secara sehat, lak yo ngono to...!!

------------
Update 2016
Akhirnya doa kita terkabul mas broo & mbak sist sekalian, kesuksesan Epson seri L dengan infus originalnya ternyata bikin kompetitor Epson (Canon, HP & Brother) pada  kegatelan semua, ngikutin jejak epson bikin printer Original Ink Tank Series: 

semua ngikutin Epson bikin sistem infus original, tapi mereka lupa niru nerapin teknologi head printernya epson, coba kalau point ini juga diterapin diprinter mereka rasanya pengen nyobain canon atau HP (masih keinget ketika dulu begitu seringnya ganti katrid printer, ampe numpuk tuh katrid bekas digudang)

CANON G series (Canon PIXMA G1000 & G2000) 
HP GT Series (HP Deskjet GT5820) 

   Brother DCP-T500W dan Brother DCP-T700

Tapi anehnya harganya kok mirip dengan Epson L Series (apakah mereka juga nerapin sistem kartel kayak produsen motor matik kita? pada sepakat, kompromi bikin produk sejenis tapi dengan harga yang nyaris seragam),
but it's OK, yang penting sekarang kita punya lebih banyak opsi milih printer yang joss gandoz.
dan yang penting mereka produsen printer itu akhirnya nyadar nggak lagi menitikberatkan fokus penjualan pada sparepart (cartridge/head) tapi pada tinta original, percayalah pasti laku, karena user corporate (perbankan, kantor-kantor BUMN maupun Perusahaan swasta nasional / multinasional) pasti milihnya tinta ori, kalo ternyata dalam prakteknya diisi tinta merk lain, bisa dipastikan ada oknum yang lagi coba-coba kurupsi tuh hehehe.... tinta non ori tuh cocoknya ya buat UKM yang baru berkembang.

mmmm... akankah terulang kembali sejarah kymco sodara-sodara?
saran buat Epson sang pelopor jangan berhenti terus berinovasi jangan sampai sejarah motor/matic terulang kembali di dunia perprinteran...!!!


----------

Tambahan
Berikut ini adalah perbandingan umum antara printer HP, Epson dan Canon:
sumber: http://id.answers.yahoo.com

>> HP.
  1. Untuk Print Out relatif cepat
  2. Untuk print gambar lebih bagus pakai Inkjet paper, klu Glossy kurang bagus, berpendar.. kadang pecah!
  3. Di beberapa printer, bisa memakai 1 catrid saja...
  4. Harga refill di refill center ataupun isi sendiri, relatif murah..
  5. Harga catrid original berkisar 140rb keatas...
  6. Print head dengan Sirkuit ada di catrid, jadi klu ada masalah dengan headnya, kamu ganti catrid aja, ga usah repot service kya Epson atw canon..
  7. Perawatan relatif gampang, seminggu print 1 lembar..

>>> Epson
  1. Print out agak lama
  2. Bagus banget untuk cetak gambar..
  3. Cartridge harus dipasang semua... di beberapa printer, klu 1 catridge/ 1 warna habis, yang lain ga bisa terpakai.. alias ga bisa print out sama sekali!
  4. Harga tinta lumayan nguras..
  5. Harga catrid ori sekitar 160rb keatas..
  6. Print Head ada di Printer, jadi klu print head mampet, kamu harus servis printer kamu,,, ganti catrid ga akan mengatasi masalah..
  7. Perawatan harus rajin.. minimal seminggu 2-3x ngeprint..
  8. tinta sangat boros... karna setiap catrid bergerak ke kanan / kiri saja,  selalu membuang sedikit tinta untuk membasahi headnya...

>>> Canon
  1. Print out agak lama
  2. Hasil lumayan untuk cetak gambar
  3. Di beberapa printer, bisa memakai 1 catrid saja... di sebagian lain harus sepasang.. klu 1 catrid ga akan mau ngprint..
  4. Harga refill di refill center ataupun isi sendiri, relatif mahal..
  5. Harga catrid original berkisar 190rb keatas...
  6. Di sebagian printer, print Head ada di Printer, jadi klu print head mampet, kamu harus servis printer kamu,,, ganti catrid ga akan mengatasi masalah, beda dengan yang print head gabung dng catrid, langsung ganti catrid ajah..
  7. Perawatan harus rajin.. minimal seminggu 1-2x ngeprint..
  8. Tinta sangat boros... karna setiap catrid bergerak ke kanan / kiri saja, selalu membuang sedikit tinta untuk membasahi headnya...

Catatan:
Artikel ini kami buat adalah murni dari pengalaman sendiri, dan bukanlah artikel komersial (adv.) alias iklan (paling cuman buat manas-manasin produsen printer buat bikin produk yg inovatif hehehe..), dan tidak ada maksud untuk mendiskreditkan pihak/produk perusahaan tertentu, serta maaf jika banyak tata bahasa yang tidak sesuai setandar EYD bahkan seringkali Out Of Topic, wes ben waelah namane juga curhat.. iya toh...
Dan jika ada pihak-pihak yang kurang berkenan terhadap artikel ini mohon maaf dan lahir bathin serta harap maklum aja ya..!

29 Mei 2012

Sales Compensation (Sistem Penggajian Sales)

Berbahagialah bagi para karyawan yang bergelut di bidang Sales. Mengapa ? Karena merekalah yang sebenarnya ujung tombak perusahaan. Jika kita bandingkan dengan seluruh jabatan dan departemen atau seksi-seksi di perusahaan, maka departemen Sales merupakan profit maker. Kita bisa bedakan jenis pekerjaan pada tiap-tiap perusahaan menjadi 2 bagian:



1. Profit Department, Unit ini biasanya dimiliki oleh Sales Department dan semua jabatan penghasil pundi-pundi keuangan perusahaan.

2. Supporting Department, Pada unit ini bersifat mensupport dan mendukung seluruh langkah operasional perusahaan untuk pencapaian target.

Menjaga karyawan sales merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Mungkin kita bisa memotivasi seseorang sales, namun bagaimana dengan sales yang lainnya ? Bisa saja para sales yang lainnya mungkin malah tidak termotivasi. Para Sales Manager harus mengetahui hal ini dan selalu mengetahui semua kondisi salesnya berada pada tingkat posisi yang mana pada skala motivasi. Imbal jasa sales merupakan faktor yang sangat krusial, namun tidak hanya itu saja, beberapa faktor lainnya juga sangat berpengaruh seperti yang bersifat universal di semua perusahaan yaitu salah satu diantaranya adalah kurang diperhatikannya korelasi antara faktor kesuksesan penjualan dengan imbal jasanya. Hal ini akan mengakibatkan para sales kita akan melirik dan mencari perusahaan yang lain lagi.

Kebijakan Sales Compensation = Garda terdepan
Seringkali perusahaan mengubah strategi kompensasinya, dan hanya merekruit dari satu type kandidat dan berfikir bahwa jenis karyawan yang seperti inilah yang kita butuhkan. Dan tak lama kemudian dalam hitungan bulan, mereka memerlukan beberapa keahlian lain yang perlu dimiliki oleh kandidat kita ini. Jadi marilah kita berkaca bahwa kadangkala kondisi yang tidak diinginkanitu terjadi sehingga kita perlu membuat sistem yang menarik sales kita.

Kebijakan Khusus diantara para Sales
Dewasa ini seringkali kita dipusingkan oleh para sales kita yang baru saja beberapa bulan onboard, kemudian mengajukan pengunduran dirinya. Padahal jenis sales seperti ini yang paling dan amat sangat kita butuhkan di perusahaan. Sales yang keluar ini bisa kita katakan adalah penggabungan dari kecerdasan dan kemampuan menjual yang luar biasa bahkan dari sekian jumlah sales yang kita miliki, perolehan sales karyawan yang briliant tersebut diatas 50% dari rekan-rekannya. Jadi kita harus membuat para top performance ini tetap bertahan dan loyal kepada kita.

Gross Revenue & Gross Margin
Ada hal yang sangat perlu diperhatikan yaitu ketika para sales berhasil menggolkan beberapa projek/tender besar. Hal ini akan sangat menggembirakan bagi perusahaan dan para sales itu sendiri, namun dilain pihak, projek /tender ini terus berjalan dan seringkali hasilnya diluar dari perkiraan semula seperti faktor tenaga yang diperlukan, durasi pekerjaan yang kurang dan sebaginya. Tentu saja akibatnya adalah profit perusahaan berkurang dan tentu saja ini diluar perhitungan dari para sales. Para sales menganggap bahwa tugas mereka sudah selesai dengan berhasil melakukan deal & closing atas projek tersebut. Tentu saja proses projek terbut diluar kendali para sales. Model kompensasi yang dilakukan disini harus dibuat dengan sangat hati-hati agar tidak bermasalah di kemudian hari.

Sales Fokus
Perusahaan wajib menjaga fokus dari para salesnya. Dalam hal ini biasanya sistem financial sales dikeluarkan dari management policy. Ada istilah untuk para sales yaitu "the sky is the limit" atau tidak ada batasannya untuk para sales. Kita sebaiknya memberikan data kepada mereka dan berikanlah gambaran akan target kita dan biarkan mereka berjalan dengan sendirinya. Biasanya mahluk sales ini sangat independent, tidak terpengaruh akan kuota target perusahaan. Hal ini merupakan naluri dasar para sales.

Jangan sekali-kali membebankan biaya tinggi yang terjadi pada departemen lain untuk menjadi tanggungan para sales kita. Selesaikan masalah itu dan jangan biarkan keuntungan yang seharusnya diperoleh para sales kita harus dipotong terlebih dahulu dengan cost department lain.

Merancang Penggajian Sales
Terdapat 4 faktor utama yang menyertai dalam melakukan perancangan penggajian para sales :
1. Sifat dasar Orang Sales
Stereotipe yang sangat populer untuk para sales adalah sangat termotivasi oleh penggajiannya yang sangat menarik. Beberapa studi lebih lanjut bahkan menempatkan faktor ini sebagai faktor yang dominan karena menghasilkan 83,7% responden menyatakan kepuasan dari faktor ini dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti : kesempatan promosi, pengembangan diri, sense of accomplishment, aktualisasi diri, dan job security.

2. Strategi Organisasi
Rencana Penggajian para Sales harus dikaitkan dengan prilaku para sales dengan strategi organisasi. Para sales haruslah mengetahui kapan dia akan menekan customer service dan kapan dia akan menekan sales volume. Dan ketika sales volume masuk target, produk yang mana yang harus dikejar dengan keras.

Sinyal dari perencanaan strategis ini sangat penting. Contohnya : penekanan pada pelayanan pelanggan untuk membangun market share mungkin akan membatasi jumlah sales volume yang dihasilkan. Biasanya sales representative yang mengikuti sistem insentif akan melihat bahwa pelayanan pelanggan ini sebagai sebuah pemaksaan, mengambil alih kemungkinan adanya penjualan yang mendatangkan uang. Hal yang tidak menguntungkan terjadi bagi para sales yang sistem penggajiannya berdasarkan pada basis komisi pada pasar yang secara potensial salesnya kecil. Hal ini juga akan menjadikan para sales itu rawan untuk pindah ke kompetitor. Untuk menghindari hal ini perlu dilakukan perubahan seperti melakukan penggajiannya dengan base pay yang tinggi dan insentif yang rendah.

Beberapa model penggajian para sales :
- Gaji saja
- Komisi saja
- Komisi + Bonus
- Gaji + Komisi
- Gaji + Bonus
- Gaji + Komisi + Bonus
Adapun besarnya ditentukan oleh kemampuan perusahaan serta perhitungan-perhitungan tersendiri yang sangat khas.

3. Kompetitor
Dalam melakukan sistem penggajian sales, organisasi harus melihat faktor eksternal (luar) karena sangatlah penting. Karena para kompetitor kita akan merintangi jalan agar mereka yang menjadi nomor satu. Untuk memastikan hal ini maka organisasi harus mengidentifikasi, benchmarking kesemua hal ini dengan efektif agar para SDM kita tidak dibajak dan kita akan kehilangan tenaga yang sangat potensial hanya karena keteledoran kita dalam memanage SDM organisasi

4. Produk yang dijual
Produk / jasa yang dijual juga mempengaruhi pembuatan sistem penggajian. Beberapa produk & jasa yang memiliki banyak hambatan dalam memasuki pasar akan membutuhkan beberapa pelatihan/training yang dieprlukan untuk mengefektifkan pemasaran di lapangan. Sistem penggajian model ini biasanya meliputi gaji yang tinggi untuk meminimisasi resiko yang dihadapi dari para sales dan menyemangati para pemula dengan berbagai program pelatihan. Berbeda dengan itu, apabila produknya tidak memiliki kendala dalam memasuki pasar maka kemampuan melakukan presentasi haruslah dimiliki oleh para sales. Biasanya insentif yang tinggi akan diperoleh pada sistem ini.

Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian :
- Dapatkah sales forces anda menginformasikan secara benar bagaimana kuota disetting ?
- Ketika kuota bisnis operasi anda berjalan sukses, apakah 60-70% dari sales force mencapai kuota ?
- Apakah high performance selalu mencapai target secara konsisten ?
- Apakah low performance memperlihatkan peningkatan yang terus menerus ?


-------------------
Refferences :
- The Compensation Handbook, Lance A. Berger, Dorothy R Berger, McGraw-Hill
- Compensation, George T. Milkovich, Jerry M. Newman, McGraw-Hill
- Handbook of Compensation, Benefits & Total Rewards, The WorldatWork, John Willey & Sons

Sumber:
http://hrcompensationbenefit.blogspot.com/2010/03/sales-compensation-sistem-penggajian.html 


--------------------------------------------------------------------
TAMBAHAN:
1. Ada beberapa macam metode perhitungan komisi penjualan..tapi yang paling banyak diterapkan adalah :
>><< : Harga dasar barang + PPN/PPh + 20 % Keuntungan
20% itulah keuntungan komisi penjualan...
contoh :
harga Laptop Rp. 6.500.000,- belum PPN/PPh dan untung
- PPN 100/110 x Rp. 6.500.000,- = Rp. 5.909.091 x 10% = Rp. 590.909,-
- PPh 1.5% x Rp. 5.909.091,- = Rp. 88.636,-
-  Komisi 20% x Rp. 6.500.000,- = Rp. 1.300.000,-

Harga Laptop setelah di tambah PPN/PPh + 20% Keuntungan menjadi
Rp. 8.479.545 dibulatkan menjadi Rp. 8.480.000,-
Jadi Komisi kita adalah Rp. 1.300.000,-
Jika barang yang tidak kena pajak komisinya tergantung dari hasil tawar menawar antara penjual dan pembelinya tapi minimal komisi itu 10% dari harga barang....

-------------------------
2. klo d tempatq....
perhitungan komisi penjualan ad macem2 tergantung sales bisa jual d range harga berapa.
kalo HJ (harga jual) di atas price list = ((HJ-HPL) *xx%)+(HPL*xx%*xx%)
klo di jual pas di price list tinggal dikalikan berapa % getho aj...
klo jualx d bwh price list = (HJ-harga nett)*xx%

cuman dari harga qta beli harus hrs d naikin dolo xx% sbg price listnya.
harga nettnya juga harus ditentukan lebih dolo, biar enak ngitungnya
------------

Sumber:
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090414233751AA86WgR
Bookmark and Share